Kakak

Kebangetan!!!
Ya, gw kebangetan. Butuh waktu 29 tahun bahkan hampir mau 30 tahun untuk gw sadar bahwa ada seseorang yang selama ini gw abaikan. Padahal ini orang udah banyak berkorban untuk gw.
"Kakak, maafkan aku" batin gw.

Berawal dari gak sengaja. Gak sengaja gw baca prstigeholics di line, seperti ini :

E-MAIL vs TOMAT
Seorang pengangguran melamar pekerjaan sebagai “office boy"di Istana Negara (kantor SBY), Jakarta.
Andi Mallarangeng mewawancara dia dan melihat dia membersihkan lantai sebagai tesnya.

"Kamu diterima,” katanya, “berikan alamat e- mailmu dan saya akan mengirim formulir untuk diisi dan pemberitahuan kapan kamu mulai bekerja.”
Laki-laki itu menjawab,“Tapi saya tidak punya komputer, apalagi e-mail.”

“Maaf,” kata Mallarangeng. “Kalau kamu tidak punya e-mail, berarti kamu tidak hidup. Dan siapa yang tidak hidup, tidak bisa diterima bekerja.”

Laki-laki itu pergi dengan harapan kosong. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan hanya dengan Rp.100.000 di dalam kantongnya.
Kemudian ia memutuskan untuk pergi ke Pasar Minggu dan membeli 10kg peti tomat. Ia menjual tom at itu dari rumah ke rumah.
Kurang dari 2 jam, dia berhasil melipatgandakan modalnya. Dia melakukan kerjanya tiga kali, dan pulang dengan membawa Rp.300.000

Dia pun sadar bahwa dia bisa bertahan hidup dengan cara ini. Ia mulai pergi bekerja lebih pagi dan pulang larut.
Uangnya menjadi lebih banyak 2x sampai 3x lipat tiap hari.Dia pun membeli gerobak, lalu truk, kemudian akhirnya
ia memiliki armada kendaraan pengirimannya sendiri.

Lima tahun kemudian, laki-laki itu sudah menjadi salah satu pengusaha makanan terbesar di Indonesia.
Ia mulai merencanakan masa depan keluarga, dan memutuskan untuk memiliki asuransi jiwa.
Ia menghubungi broker asuransi, dan memilih protection plan. Sang broker pun menanyakan alamat e-mailnya.
Laki-laki itu menjawab, “Saya tidak punya e-mail.”
Sang broker bertanya dengan penasaran, “Anda tidak memiliki e-mail, tapi sukses membangun sebuah usaha besar.
Bisakah Anda bayangkan, sudah jadi apa Anda kalau Anda punya e-mail?!”
Laki-laki itu berpikir sejenak lalu menjawab, “Ya, saya mungkin sudah jadi office boy di Istana Negara!!
___________________________________________

Pesan Moral:
1. Internet bukanlah solusi hidup Anda.
2. Kalau Anda tidak punya akses internet, lalu bekerja keras, Anda bisa jadi milyuner.

Gw kirim tuh tulisan ke bbm kakak ipar gw.
"One day, kakak pasti bisa jadi pengusaha. Keterbatasan bukanlah penghalang" begitu gw tulis pesan di bbm itu. Kakak ipar gw tiba-tiba nanya, apa gw pernah nonton drama india veera?. Boro nonton, denger judulnya aja baru kali ini.
"Kakakmu suka cerita, film itu seperti dia dan km dulu semasa kecil"
"Ibu tiri nya cuek banget"
Dua kalimat kakak ipar gw yg gw read di bbm itu seketika membawa ingatan gw ke masa lalu, dada gw mulai terasa sesek dan mata gw panas, akhirnya tumpah jg air mata gw.
 "Aku solat dlu ya teh, salam ke kakak dan dede". Begitu gw bales bbm kakak ipar gw.
" oke siipp". Gw liat balasan bbm kakak ipar.

Dalam solat yg harusnya khusu, gw malah berderai air mata. Gw merasa bersalah banget, karena selama ini gw gak perhatian sama kakak gw padahal kakak udah banyak gw repotkan sedari gw kecil, bahkan gak jarang dia berkorban demi melindungi gw. Gw terlalu sibuk dg hidup gw, dg orang-orang yg gak seharusnya gw belain sampe sampe gw abaikan kakak gw.
Saat itu gw masih kecil, tidak banyak yg bisa gw ingat. Tapi ada beberapa  kondisi yg gak pernah bisa gw lupa bahkan bisa gw gambarkan di dalam pikiran gw dengan jelas seperti gw sedang melihat sebuah film di layar yg lebar.
Gw melihat gw yg masih kecil, merengek nangis memegangi ujung baju kakak gw, kemana kakak gw pergi, gw gak mau lepas. Saat itu gw takut ditinggalkan dia ke mesjid untuk jum'atan. Gw tau kakak gw kesel dg sikap gw, tapi dy jg gak berdaya, dia pun sedang di toyor toyor terus kepalanya oleh kakak tiri kita. Entahlah apa yg terjadi saat itu, yg pasti itu adalah kondisi yg menyakitkan hati kami. Terlihat kesedihan yg teramat sangat di diri gw maupun kakak gw pada bayangan kenangan yg gw lihat di dalam kepala gw.
Terlalu banyak kesedihan yg kalo gw ceritain, gw akan capek karena mata gw gak akan bisa berhenti menangis ketika mengingat itu semua. Yang pasti, semoga tidak ada lagi di dunia ini yang bernasib seperti kami. Yang ditinggal ibunya jadi TKW ke luar negeri dan hidup bersama ibu tiri dan anak-anaknya yg setiap detik menebar kebencian bahkan menganiyaya kami yg tak berdaya karena kami hanya anak-anak usia 8 dan 3 tahun.

Saat gw masuk kelas 1 SD, kakak udah kelas 6. Ibu udah pulang dari negeri orang, bahkan ibu udah punya rumah untuk kami.
Untuk menghidupi kami, ibu bercocok tanam di kebun milik ayah dan istri tua nya. Setiap pulang sekolah, ibu masih belum pulang dari kebun yang jaraknya lumayan jauh dari rumah kami. Kakak selalu membukakan jendela untuk kami masuk ke dalam rumah, karena pintu rumah selalu ibu kunci. Begitu di dalam rumah, kakak akan memeriksa apakah ada makanan untuk kami, dan seperti biasa hanya ada nasi. Setelah itu, kakak akan bergegas ke halaman belakang rumah dan memetik beberapa rawit, terus dia bikin sambel goang (rawit sama garem doang di uleg) yg dia kasih air sehingga jadi semacam tumisan hehehe . Dan kami pun berdua makan. Kakak sayang banget kan sama gw, gw beruntung ya punya kakak seperhatian dia.
Masa SD kakak sudah selesai dan kakak harus lanjut ke SLTP.
"Anak-anak ibu harus sekolah, bagaimanapun caranya. Ibu gak mau anak-anak ibu bernasib seperti ibu yang mudah di bohongi orang dan di sepelekan orang".
Begitulah ibu selalu  bilang ke kami untuk memotivasi kami. Dan karena itulah kakak melanjutkan ke SLTP walupun kakak harus dititipkan di kakak sepupu ayah supaya meringankan beban biaya sekolahnya.

Lama sekali gw gak ketemu kakak, sampe suatu hari kakak datang. Setelah lama gak ketemu, gw liat kakak gw makin ganteng aja. Dia udah keren, sementara gw makin dekil. Karena setelah jauh dari kakak, hampir setiap hari gw bermain sama anak anak cowok di kampung gw.
" kakak udah jadi orang kota euy, kasep pisan". Begitu batin gw pas pertama kali gw ketemu dia lg. Demi menemui gw dan ibu, kakak berjalan kaki hampir 15km karena gak ada uang untuk naik ojek. Dia terlihat bersih dan bahagia walaupun sudah berjalan sejauh itu. Dia ngajarin gw beberapa bahasa inggris yg dia dapatkan di sekolah SLTP nya.
"Girl artinya perempuan" kata kakak
"You are a girl" lanjutnya. Saat itu gw yg bodoh tapi keras kepala gak terima.
"Salah aa, yg bener tuh gril" kata gw dg pede nya.
"Owh salah ya, iya ya aa salah" kata kakak gw yg emang selalu berpikir kalo diantara kami, gw lah yg paling bagus di bidang akademis nya secara gw rangking 3 besar mulu di sekolah (Padahal dy yg bener yee hehehe). Karena bahas bahasa inggris itu kami tertawa lepas setelah lama tidak pernah tertawa bersama.

Setelah lulus dari SD, gw ngikutin jejak kakak untuk sekolah di SLTP tempat kakak dulu. Kakak sekarang udah SMK kelas 2. Sekolah kita sebetulnya bersampingan, tapi entahlah kita mulai jauh. Kita sama-sama sibuk dengan dunia kita masing-masing. Gw sibuk membantu ibu di warung. Dan kakak gw, gw gak tau dia sibuk apa hehehe.
Owh iya, sejak ibu gw buka usaha klontong kehidupan kami sedikit ada kemajuan. Untuk bisa ke SLTP, gw gak harus ikut tinggal di rumah kakak sepupu ayah karena sekarang ibu bisa memberi gw ongkos untuk sekolah. Tapi untuk itu, gw pun harus mau ngorbanin waktu main gw dengan temen temen sekolah karena gw harus belanja kepasar setiap pulang sekolah supaya hemat, jadi ongkos belanja sekalian ongkos sekolah gw jg.

Hidup tuh gak mudah bro. Akhirnya kakak lulus SMK, dia semakin dewasa. Gw pikir, setelah lulus SMK, hidup dia akan jauh lebih mudah. Dia akan bisa bekerja enak dengan penghasilan yang lumayan. Tapi kayanya Tuhan sangat sayang sama kita, sehingga kita terus di kasih ujian yg kadang bikin kita nangis bahkan tak jarang bikin kita merasa terpuruk. Kakak sulit dapet kerjaan, karena terganggu oleh pendengarannya yg kurang dengar. Dia kurang bisa berkomunikasi dengan baik karena masalah telinganya. Dan gw baru tau, ternyata pas kakak kecil dia pernah terjatuh dari ketinggian kurang lebih 5m.  Jatuh dengan sepeda yang di kendarainya. Dan saat itulah telinganya terbentur.

Saat gw SMA, gw pernah bersama kakak gw tinggal di rumah orng kaya yg baik. Gw tinggal disitu untuk meminimalisir pengeluaran ongkos sekolah gw, dan kakak gw tinggal disitu dengan harapan bisa dapet pekerjaan. Dan memang kakak gw di janjikan sebuah pekerjaan oleh orang kaya itu. Tapi sekali lagi, hidup tuh gak mudah bro. Setiap hari gw bangun subuh, bersihin seluruh rumah terus jalan kaki ke SMA gw, bgtu pulang gw nyiapin makan siang lanjut nyetrika dan nyapu halaman rumah orng kaya ini. Begitupun kakak gw, dia di beri kesibukan mengurus bebek dan merawat tanaman juga merawat mobil mobil orang kaya itu. Pernah suatu hari gw sama kakak gw disibukan oleh satu ekor bebek yg lepas dari kandangnya. Kita mencari tuh bebek dari sore sampe hari menjadi gelap. Kakak gw begitu sabar, gw selalu termotivasi dengan kesabarannya.
Dirumah orng kaya itu, gw tidur di sebuah ruangan berukuran 2x1m udah kaya kuburan ya hahaha. Dan kakak gw di lantai atas, tpi lumayan lebih luas dri pada tempat tidur gw. Disamping tempat tidur gw ada mushola, disanalah gw selalu bercerita dan curhat bersama kakak. Pernah sekali waktu, dia pulang dari mesjid telat. Seperti biasa, setiap malam gw nunggu dia di mushola sambil belajar. Lama gw tunggu, dia pun datang. Dia membawa sekotak kardus yg di dalamnya ternyata nasi berkat.
"Di mesjid ada yg syukuran, ini aa bawa biar kita makan bareng". Kata kakak gw begtu sampe di deket gw sambil kemudin membuka kotak kardus yg berisi nasi lengkap dengan lauk dan sayuran. Gw seneng banget saat itu. Setelah kita makan satu box berkat berdua, seperti biasa kita menghabiskan waktu seblum tidur dg bercerita.
Suatu hari ada kabar untuk kakak. Ya, waktunya tiba. waktu untuk kakak pergi ke Padang seperti janji orng kaya itu akan memberikan kakak pekerjaan. Kakak gw keliatan bahagia banget, begitupun gw. Walaupun gw akan kesepian krena gak ada dia, tpi demi keberhasilan dia, apalah artinya kesepian gw.

Hampir 8 bulan kakak di padang, kakak pulang. Tapi lagi-lagi belum ada kabar baik tentang pekerjaannya. Kakak gw di cap gak bisa kerja makanya dia pulang. Mendengar berita itu, gw pun mutusin pulang dan kembali kerumah ibu.

Setelah gw lulus SMA, gw kerja dipabrik. Beruntunglah gw cewek, jdi gampang diterima kerja sebagai operator di pabrik. Beda ama cowok yg harus pake uang pangkal yg lumayan mahal. Kakak gw kerja di Jakarta saat itu, dia di ajak oleh kakak tiri gw yg juga adik tirinya. Dia jadi OB, dan kaka tiri gw jadi IT. Kakakku sayang, tidak ada yg bisa melihat kelebihannya. Semua orng fokus pada kekurangannya yaitu kurang dengar.

Sejak itu, gw gak begitu tau apa yg terjadi dg kakak gw, bagaimana kehidupannya, bahagiakan dia, atau punya masalah apakah dy. Gw mulai sibuk dg diri gw, dg kehidupan gw. Gw gak pernah lg berbagi kabar. Gw gak pernah lagi cerita apa aja yg gw alamin, gw pun gak pernah mau tau apa yg dia alamin. Gw sibuk dg hidup gw yg juga mash belum jelas arahnya kemana. Ada bnyak moment yg harus nya gw bagi dengan dia, ada bnyak hal yg harusnya dia tau tentang gw, dan bgitupun sebaliknya. Tapi kini semua beda, gw gak tau apa yg membuat jarak diantara gw dan kakak saat itu. Bahkan saat dia nikahpun, gw milih untuk interview di salah satu pabrik. Kebangetan kan gw :'(

Agustus 2009 gw ke Jakarta. Gw beranikan diri untuk mencari peruntungan di kota besar itu. Setelah gw merasa di kota gw gak ada peluang untuk gw bekerja dan berkarir lebih baik, gak cuma jadi operator pabrik. Lagi lagi, hidup itu gak mudah bro. Berawal dari peluang interview pada salah satu perusahaan di Jakarta yang hasilnya gw gak keterima. Uang ongkos 100.000 yg gw bawa (itupun pemberian kakak sepupu ayah) udah habis. Dan gw gak tau gimana caranya pulang lagi ke kota gw. Untung aja Tuhan maha pengasih, gw di beri jalan dengan cara merawat seorang ibu yg masih sodara jauh sehingga gw bisa menumpang hidup smentara gw belum dapat pekerjaan. Gw lewatin rutinitas sebagai perawat. Mulai dari mandiin, bersihin kotoran sampe masak dan nyuci baju. Karena ibu yg bagaikan malaikat ini mengidap rheumatoid artritis parah yg dimana badannya udah lumpuh total, semua aktifitas di lakukanya di tmpat tidur.( Udah gak bisa aktifitas apa-apa jg seh, cuma mandi, mpup, kencing, tidur dan makan hehehe. ) Tapi biar bgitu, ibu ini luar biasa.

3 bulan berlalu, gw mulai bosan dengan rutinitas perawat yg gw jalanin. Hidup gw rasanya buntu, entah harus kemana gw melangkah. Entah akan jadi apa gw ini. Sebetulnya gw sanggup bertahan sampe 3 bulan itu karena pas di minggu kedua gw ngerawat ibu ini, gw di janjiin sama anaknya juga sahabat-sahabat anaknya akan dikuliahin sementara nunggu gw dapet kerjaan. Tapi udah mau habis bulan ke 3 gw disini belum jg tuh ada tanda-tanda gw bakal kuliah.
"Teteh udah jenuh bu, tiap hari begini aja. Sementara niat teteh pengen bisa bantu ibu, bantu kakak" kata gw di sela sela gw nyuapin ibu makan.
"Sabar teteh, yakin ibu mah...teteh bentar lagi dapet kerjaan".
Gw diam, hati gw pen bilang klo gw mau pulang aja terus nikah deh, bodo amat ama kerjaan ataupun kuliah, yang penting gw gak ngerepotin ibu tapi ngerepotin suami hehe.
" Bukannya teteh mau kuliah ya?" tanya ibu yg ngerasa gw diem gak nanggepin omongan dy tadi.
"Gak ada realisasinya bu"
"Besok ibu pastiin lg ya ke si aa".

Desember 2009, gw mulai test masuk universitas. Dan gak lama lagi gw bakal sibuk dg kegiatan perawat dan kuliah gw. Setidaknya, jalan gw gak buntu. Ada setitik harapan dalam hidup gw. Ada sedikit arah yang dapat gw tuju. Ada bayangan mau bagaimana dan jadi apa gw entar.
Mei 2010, gw dapet peluang untuk kerja di sebuah perusahaan sebagai admin. Kini kesibukan gw meningkat parah. Sebagai perawat, karyawan dan mahasiswa. Gw bangun sebelum adzan subuh berkumandang. Gw udah langsung repot dengan memasak, membuat air hangat untuk mandi ibu yg gw rawat. Setelah gw mandiin ibu dan memberinya makan giliran gw yg mandi dan siap-siap ke kantor yg lumayan jauhnya. Gw harus naik 3 kali angkutan umum untuk sampe di kantor. Sepulang dari kantor gw langsung menuju kampus, makanya gak heran kalo gw kerja dan ngampus udah kya mau naik gunung. Gw selalu memakai tas besar, karena dalam tas itu selain ada perlengkapan kerja dan kuliah, ada jg perlengkapan mandi. Gw sering mandi di toilet kampus tanpa satu orng pun yg tau. Gw gak peduli, yg penting gw bisa belajar dengan keadaan fresh.
Butuh waktu satu tahun untuk gw bisa sedikit mandiri di Jakarta. Terakhir yang gw tau tentang kabar kakak adalah kakak masih nganggur, padahal kakak udah jadi seorang ayah saat itu.
"Kakak gak bisa kerja di orang, selalu aja salah. Kakak diminta begini malah begitu, orang gak ada yg mau menyesuaikan dg kondisi telinga kakak, kakak gak mungkin bisa mnyesuaikan dg mereka" kata kakak gw saat di telp bikin hati gw miris.
Gw sempet ngusulin ke kakak untuk buka bengkel karena kan gw tau dia ngerti mesin, dy kan lulusan SMK otomotif. Dia pernah bilang, impian dia adalah "punya bengkel" tapi terkendala di modal. Gw sayang kakak, gw gak bisa bantu banyak apa lagi kaitannya dengan modal. Setiap gajian, gw mencoba untuk beli beberapa perlengkapan bengkel yg gw tau dan pastinya semampu budget gw.
Pernah sekali waktu gw pulang, kata ibu sekarang kakak kerja sebagai kuli bangunan di sebuah proyek perumahan subsidi. Sebelum gw kembali ke Jakarta gw sempetin nemuin kakak di lokasi kerja nya. Gw pen liat seperti apa kakak gw sekarang. Beberapa tukang bangunan membantu gw memanggil kakak. Dan gw liat kakak gw yg ganteng, masih tetep ganteng walaupun kulitnya hitam dan dekil. "Kakak sayang" bathin gw. Ada sedikit rasa kesedihan dalam hati gw. Rasanya udah terlalu jauh gw ninggalin dia, dia yg selalu melindungi gw sedari gw kecil, tapi gw gak bisa sama sekali membantunya keluar dari masalahnya.
Hebatnya kakak gw, dia tidak pernah menunjukan kesusahannya. Selalu ada senyum dari bibir nya. Walaupun gw gak tau apa yg ada di hati nya, apa yg di rasakan bathinnya.
Beriringnya waktu, gw yang merasa gak sanggup melakukan apa-apa untuk ibu maupun kakak memilih fokus dengan hidup gw sendiri.  Dan kabar terkahir tentang kakak, kini kakak punya bengkel. Seperti mimpinya. Walaupun modal nya masih dibantu oleh mertuanya. Dan gw, masih di sini. Di Jakarta dengan kehidupan yang  gw jalanin sendiri sesuka gw.


Kakak, entah apa yg menjauhkan kita...
Tapi aku yakin hati kita selalu dekat
Kakak selalu ada dalam setiap bait doa-doaku dan aku yakin akupun ada dalam setiap bait doa-doamu
Terimakasih kakak, kakak udh jadi kakak yg hebat yg memotivasi aku sampe aku disini sekarang.
Terimakasih karena kakak selalu melangkah maju di depanku dan menunjukanku jalan mana yg baik dan mana yang bisa membuat kita terjatuh
Bahkan tak jarang kakak terluka dan terjatuh untuk menunjukan jalan itu.
Terimakasih kakak...
Maaf untuk banyak waktu yg kita lewati tapi aku tidk bisa mengerti kakak, tidak bisa mendampingi kakak di masa-masa tersulit kakak
Maafkan aku kakak




Comments

Popular posts from this blog

my beloved brother

Father